Agar mendapat hasil
pemeriksaan yang lebih tepat dan akurat, MRI merupakan alat yang dapat membantu
menentukan kelainan, atau keganasan tumor pada payudara. Seiring perkembangan
teknologi kedokteran Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah menjadi alat
yang mumpuni dalam mendeteksi kelainan organ tubuh, salah satunya kanker
payudara. Di Indonesia, kanker payudara menduduki posisi kedua di bawah kanker
leher rahim sebagai penyebab kematian tertinggi pada wanita. Sementara data
World Health Organization (WHO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 78%
memperlihatkan kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas. Hanya
enam persennya terjadi pada mereka yang berusia kurang dari 40 tahun.
Meski
demikian, kian hari makin banyak penderita kanker payudara yang berusia 30-an. Pemeriksaan
guna mendeteksi kelainan pada payudara pada umumnya dilakukan dengan mammografi
dan USG. Namun jika pemeriksaan dengan Mammografi dan USG kurang ’jelas’,
dilakukan pemeriksaan MRI. ”Work up untuk pemeriksaan payudara adalah
pemeriksaan mammografi, USG, kemudian MRI. Namun prosedur itu dapat berubah
tergantung kondisi dan usia pasien. Jika usia pasien di bawah 35 tahun
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah USG.
Sedangkan pasien usia di atas 35
tahun menggunakan mammografi,” urai dr. Aditya Hapsan, SpRad, dokter spesialis
radiologi RSU Bunda Jakarta. Mammografi telah terbukti mampu melakukan tujuan screening yakni
mendeteksi adanya sel tumor yang sangat kecil. Namun soal kenyamanan pasien
saat pemeriksaan relatif kurang. Hal ini dikarenakan saat pemeriksaan, payudara
pasien akan mendapat tekanan. Sedangkan pemeriksaan USG memiliki keunggulannya
berupa kemampuan pembedaan antara kista dengan tumor padat. Tetapi secara umum
kepekaaan alat ini tak sebanding dengan MRI. ”Kemampuan MRI mampu melihat penyebaran
sel kanker payudara di organ-organ lain dalam tubuh. Kalau USG dan Mammografi
hanya melihat lokal.
Penyebab pasien kanker payudara meninggal adalah bukan
dikarenakan kanker payudaranya berada di daerah ’lokal’ tetapi sudah sampai
mana penyebarannya,” tandas dr. Aditya. MRI payudara selain dapat digunakan
untuk mendeteksi penyebaran kanker payudara secara lokal, alat ini pun mampu
memberikan nilai tambahan informasi pengobatan terhadap penyakit ini. Adapun
caranya dengan memberikan kontras media melalui pembuluh darah vena. Tak hanya
itu. MRI pun dapat menentukan letak tumor yang multipel terutama pada
pascaoperasi payudara dengan teknik Breast Conservation Surgery (BCT).
Hebatnya lagi, MRI payudara juga dapat membedakan antara jaringan bekas operasi
(jaringan parut) dengan kanker yang rekuren (kambuh), dan masih banyak lagi.
Saat Persiapan
Dalam pemeriksaan MRI,
pasien tak perlu melakukan persiapan khusus. Namun terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan misalnya:
- Pasien harus memeriksakan ureum dan kreatinin secara laboratorium darah.
- Pasien diminta untuk melepaskan beberapa benda-benda logam.
- Pasien akan diminta untuk mengisi kuesioner/ selembar kertas mengenai keadaan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan MRI.
- Pasien akan ditanyakan juga riwayat kesehatan atau operasi sebelumnya.
- Pasien diminta untuk berbaring tenang dan rileks di meja pemeriksaan di ruang khusus.
- Pasien dipasangkan penutup telinga untuk mengurangi bunyi mesin yang tidak diinginkan.
Pemberian kontras media
intra vena harus diberikan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat yang
akan memperjelas kelainan yang ada di dalam tubuh. Sehingga pasien dianjurkan
untuk puasa empat jam sebelumnya.
Saat Pemeriksaan
Pada waktu pemeriksaan
MRI secara umum, ada beberapa keadaan yang perlu diketahui masyarakat, yakni:
- Pasien akan dibaringkan dengan posisi kedua lengan di samping badan. Khusus untuk pemeriksaan payudara, pasien diminta untuk tidur telungkup dengan tangan diatas kepala.
- Meja MRI kemudian akan di gerakkan masuk ke medan magnet sesuai organ yang akan diperiksa.
- Pasien akan mendengar suara dari gelombang radio seperti suara ketukan selama pemeriksaan berjalan.
- Selama pemeriksaan, pasien akan selalu diawasi dan dapat berkomunikasi dengan petugas.
- Pasien juga akan diberi bel di tangan bila ingin memanggil petugas MRI atau ingin mengakhiri pemeriksaan.
- Selama pemeriksaan pasien diperbolehkan ada pendamping.
- Lama pemeriksaan biasanya 10-20 menit.
Melalui MRI payudara,
pasien relatif tak merasakan sakit, dan pasien pun tak kena radiasi sinar X.
Hasil pemeriksaannya pun lebih akurat dan detail.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.