“Bayi saya baru berusia 20 hari, di wajahnya muncul
bintik-bintik kemerahan seperti jerawat. Bahkan saya melihat ada semacam
komedo. Apakah mungkin seorang bayi kecil jerawatan?”
Jerawat memang masalah yang sering dikeluhkan oleh kalangan remaja atau dewasa
muda, namun jerawat juga dapat menyerang bayi baru lahir. Jerawat terbentuk
akibat dari produksi sebum atau minyak yang berlebih dan adanya sumbatan di
saluran keluar sebum tersebut (pori), serta adanya reaksi peradangan dari
tubuh. Bayi baru lahir memiliki produksi sebum yang berlebih akibat pengaruh
dari hormon ibu saat di dalam kandungan. Jadi, ya…bayi bisa saja jerawatan.
Walau gambaran jerawat pada bayi menyerupai jerawat pada
remaja, namun pengobatannya berbeda. Jerawat pada bayi ini disebabkan oleh
hormon ibu yang dapat menetap selama 1-3 bulan pertama kehidupannya. Oleh
karena itu biasanya jerawat akan sembuh sendiri bersamaan dengan menurunnya
kadar hormon ibu. Keadaan ini tidak berbahaya.
Beberapa prinsip dalam mengatasi jerawat pada bayi:
- Jangan ragu untuk membersihkan wajah bayi saat mandi. Ingat bahwa sumbatan pada pori-pori wajah dapat menghambat pengeluaran sebum dan berperan pada pembentukan jerawat.
- Gunakan sabun bayi atau sabun lembut untuk memandikan sekaligus membersihkan wajah bayi.
- Hindari manipulasi jerawat dengan cara apapun, misalnya mengeluarkan komedo dengan tangan.
- Biasanya jerawat pada bayi ini tidak menimbulkan keluhan subjektif pada bayi, namun kadang ada rasa gatal sehingga bayi refleks menggaruk wajahnya. Hal ini dapat memperparah jerawat. Hindari garukan dengan memotong kuku bayi, mengenakan sarung tangan pada bayi, atau membedong bayi.
- Hindari penggunakan aneka produk losio, krim, salep, atau bedak pada wajah, kecuali atas anjuran dokter.
- Segera bersihkan cairan yang mengenai wajah bayi, misalnya susu atau air liur, dengan air bersih.
Segera berobat ke dokter bila tidak ada perbaikan atau bayi
terlihat terganggu. Bila peradangan tampak hebat, dokter dapat memberikan obat
anti jerawat atau obat untuk menekan peradangan yang tepat untuk bayi.
Sumber : dr. Stefani Rachel Soraya D, SpKK - RSU Bunda Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.