Senin, 17 Juli 2017

Inovasi Penanganan Nyeri

Posted by Bundamedik Healthcare System on 08.21 with No comments
Gangguan saraf bisa ditandai dengan hal kecil seperti nyeri menjalar, pegal, perasaan seperti tersetrum. Namun gangguan saraf juga bisa menyebabkan nyeri yang sangat hebat, dan memaksa penderitanya harus menghentikan aktivitas, bahkan menangis saking sakitnya.

Biasanya rasa nyeri datang dari gangguan pada saraf sensorik. Penyebab nyeri, secara khusus adalah saraf yang mengalami iritasi, atau akibat penekanan atau tarikan.

Semua saraf otak, tulang belakang, tepi, dan semua saraf yang ada serabut sensorik jika terjepit akan menjalar. Dan untuk penanganan permasalahan menyangkut saraf itu bahkan terkadang harus dengan bedah.

Namun ada terapi baru yang dipopulerkan oleh ahli spesialis bedah saraf, DR. dr. Wawan Mulyawan, SpBS (K), SpKP. Wawan menyebut tindakan pain management tersebut, sebagai teknik di tengah-tengah dengan istilah Percutaneous Epidural Neuroplasty (PEN). Tindakan PEN ini bias mengurangi atau bahkan menghilangkan nyeri tanpa melalui operasi, dan dengan tindakan yang seminimal mungkin.

Oleh karena itu salah satu jenis tindakan pain management – Percutaneous Epidural Neuroplasty ini merupakan terobosan baru dalam penanganan nyeri akibat gangguan saraf.

“Kita kasih pengobatan yang tindakannya ringan, tapi bias menghilangkan nyerinya. PEN yang kita lakukan terutama di saraf tulang belakang, bidang yang kita kembangkan,” kata Doktor dengan kompetensi tambahan bedah saraf tulang belakang dan terapi nyeri itu.

Salah satu jenis tindakan pain management ini, selain untuk nyeri akibat adanya iritasi atau penyempitan saraf di tulang belakang, juga untuk nyeri di saraf wajah (trigeminaneuralgia), atau juga saraf di pergelangan tangan Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

Percutanenous Epidural Neuroplasty sendiri mampu mengurangi, bahkan menghilangkan nyeri akibat iritasi atau tekanan pada saraf tulang belakang, mulai dari leher sampai ke lumbosacral.

Untuk penanganan PEN ini dokter Wawan menggunakan alat khusus. “Intinya kami gunakan jarum khusus yang menuju ke pusat nyerinya atau pain generator-nya. Tempat atau lokasi nyeri tersebut merupakan pain generator,” ulas dr. Wawan.

Namun jarum yang digunakannya bukan jarum sembarangan, tapi jarum khusus dengan teknologi canggih. Jarumnya yang halus untuk saraf tulang belakang, dan ada juga yang berbentuk seperti kateter berupa selang panjang, juga ada jarum untuk radio frekuensi.

“Untuk nyeri kita tidak boleh melakukan penanganan yang kita tidak tahu asalnya. Kalau sudah kita tetapkan diagnosanya dengan konfirmasi beberapa dokter dan alat-alat, maka kita tentukan asal nyeri itu di mana. Misalnya nyeri di leher, setelah diperiksa di lengan atas atau bahunya, ternyata ada di tulang leher no 5 atau 6, setelah MRI ketahuan saraf no 5 dan 6 yang terjepit, maka dilakukan assesment untuk pengobatannya apa,” ulas dr Wawan yang menggelorakan agar spine surgery and care terwujud di Indonesia.

Untuk belajar hal itu, dokter Wawan pernah mengikuti World Congress of Minimally Invasive Spine Surgery and Techniques (WCMISST) di Honolulu, Hawai.

Tanpa metode PEN, penanganan gangguan saraf akan berujung di ruang bedah. Sebelum pasien harus masuk ruang bedah, penanganan gangguan saraf sendiri mulai dari yang paling ringan dengan istirahat, pelemasan, dan tanpa obat.

Untuk penanganan gangguan lebih tinggi dengan pain killer atau menggunakan obat, atau bahkan sampai penggunaan infus, fisioterapi peregangan atau pelemasan, dan lebih tinggi lagi harus dilakukan operasi.

Jika ditemukan kelainan, dokter akan melakukan pemeriksaan diagnostik untuk memastikan pemeriksaan dengan panca indra, dan lalu dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang MRI, Scan, USG dan lain lainnya.

Pemeriksaaan MRI, maupun scanning secara objektif itu penting karena bidang kedokteran harus berdasarkan bukti-bukti, atau evidence base.





















0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.