Selama masa kehamilan, tubuh ibu akan lebih banyak
memproduksi darah dan cairan sebagai pemenuhan kebutuhan sang janin. Namun,
sering kali meningkatnya produksi cairan pada tubuh ibu menyebabkan terjadinya
pembengkakan pada bagian kaki ibu hamil. bengkak pada kaki ini dikenal dengan
sebutan edema.
Edema seringkali dijumpai pada ibu hamil yang berada
pada usia kehamilan trimester kedua hingga trimester ketiga. Edema terjadi
karena adanya perubahan keseimbangan volume cairan dalam tubuh dan menyebabkan
cairan tersebut terperangkap dalam suatu jaringan. Membesarnya rahim juga
menyebabkan terjadinya penimbunan cairan serta menghambat aliran darah pada
kaki ibu hamil, sehingga kaki menjadi nampak bengkak.
Masalah bengkak pada kaki ini dapat diminimalisir
dengan beberapa cara yang dipercaya ampuh, yakni:
- Menghindari aktifitas yang terlalu berat
- Banyak mengonsumsi buah dan sayur
- Banyak minum air putih
- Menjalani olahra kehamilan
- Menghindari duduk dengan menyilangkan kaki
- Mengurangi konsumsi garam
- Mengkompres dan memijat halus kaki yang bengkak
- Mengurangi pemakaian celana atau pakaian yang terlalu ketat
- Menggunakan alas kaki yang nyaman (hindari alas kaki bertumit tinggi)
- Meninggikan kaki dengan bantal sewaktu tidur guna memperlancar aliran darah
- Hindari berdiri yang terlalu lama dan duduk yang terlalu lama
- Bila bertambah parah, bed rest
Edema selama masa kehamilan sesungguhnya tidak
berbahaya. Edema akan hilang dengan sendirinya usai masa kehamilan berlangsung.
Namun, jangan terlalu menganggap sepele bengkak pada tubuh ibu, karena terdapat
pula bengkak yang tidak normal yang disebabkan oleh preeklamsia.
Kasus pembengkakan akibat preeklamsia ini terjadi
jika bengkak yang dialami ibu hamil dirasa tidak wajar, seperti terjadi
pembengkakan pada bagian kaki, muka, tangan, serta bengkak tersebut disertai
dengan rasa nyeri dan pusing. Preeklamsia terbilang cukup berbahaya bagi ibu
dan juga kesehatan sang janin. Maka sangat disarankan untuk memeriksakan
kondisi tersebut ke dokter dengan segera jika bengkak yang dialami oleh ibu
tidak berkurang meskipun sudah bedrest.
Sumber : www.ivansini.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.